Oleh : Agus
Redaktur Senior Harian Nonstop
Disampaikan dalam Pelatihan
Jurnalistik Pemuda
Lembaga Analisa Pengembangan
Demokrasi Bekerja sama Dengan Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga RI
A.
Beda Gaya Penulisan Berita Koran
Harian dengan Tabloet dan Majalah
Gaya Penulisan Berita dengan Feature
Pada Koran dan Majalah Berita Para jurnalis yang sudah lama berkecimpung di
dunia jurnalistik tahu bahwa kadangkala dalam sebuah peristiwa tidak hanya
berupa satu buah kejadian saja. Bisa jadi dalam sebuah peristiwa terdiri dari
banyak fragmen-fragmen kejadian yang
layak diberitakan. Di dalam teknik penulisan berita langsung (straight news),
jurnalis akan merangkum semua fakta-fakta itu ke dalam sebuah berita lempang
dan singkat. Ini biasanya terjadi pada media-media yang menuntut aktualitas
yang tinggi seperti koran, radio, TV dan internet.
Namun media yang tidak begitu diikat
oleh waktu seperti tabloid mingguan atau majalah bulanan, jika mereka
ikut-ikutan menulis seperti ini, tentu medianya tidak akan laku karena sudah
basi. Karena itulah mereka harus menggali berita dari sudut pandang yang unik
dengan tema yang awet alias tak lekang oleh waktu. Sebagai contoh, dalam sebuah
bencana di kota Y, terjadi kejadian sebagai berikut:
1. Sambaran petir dan angin badai meruntuhkan atap
gedung berlantai lima.
2. Runtuhan atap itu menimpa mobil yang sedang
melintas
3. Pengemudinya, seorang remaja putri, menginggal
dunia
4. Dua penumpang terluka Aturan
dasar dalam menulis berita lempang adalah menempatkan hal-hal yang paling
penting di awal berita. Aturan ini tidak menjadi masalah sepanjang kisah ini
hanya mempunyai satu peristiwa yang ditekankan. Namun ketika ada banyak peristiwa
yang penting , juga untuk diberitakan, maka tugas jurnalis menjadi semakin
rumit. Untuk mengatasi hal ini, ada dua pilihan yang bisa dilakukan: 1)
Merangkum semua fakta –dengan urutan penting ke tidak penting pada paragraf
pertama, atau 2) Memberi tekanan pada peristiwa tertentu yang paling penting di
awal paragraf.
Jika peristiwa di atas ditulis dalam
sebuah berita lempang, hasilnya sebagai berikut: “Atap sebuah gedung berlantai
lima, runtuh setelah tersambar petir dan tersapu angin badai tadi malam.
Runtuhan atap itu menimpa mobil yang sedang melintas, sehingga menewaskan
Anastasia Suminem (18 tahun) yang mengemudi mobil itu. Sedangkan dua penumpang
lainnya menderita luka-luka serius.” Berita seperti ini biasanya dimuat di
koran harian. Namun ketika redaktur tabloid wanita akan mengangkat peristiwa
ini, ia harus mencari sudut pandang lain. Ia memberi tugas reporternya untuk
mengangkat kisah korban yang meninggal. Inilah hasilnya:
“Seorang remaja putri meninggal
dunia (Jumat, 18/4) ketika mobil yang dikendarainya tertimpa atap gedung
berlantai lima yang runtuh setelah tersambar petir. Selain itu, dua penumpang
yang duduk di belakang menderita luka-luka serius. Saat itu mobil mereka sedang
terjebak di kemacetan lalu lintas. Anastasia Suminem (18 tahun) adalah seorang
sekretaris PT. Sukar Maju. Ia sedang melintas jl. Sudirman ketika puluhan kubik
bata, kayu, besi dan genting itu menghempas mobilnya. Timbunan material itu
meringsekkan badan mobil bagian depan sehingga menewaskan Anastasia seketika
itu juga. Anastasia adalah seorang karyawati yang menuru penuturan Kristina,
rekan kerjanya adalah karyawan periang yang tidak sungkan-sungkan memberi
bantuan pada orang lain. Sifat suka menolongnya ini tercermin ketika ia
menawarkan untuk mengantarkan pulang Yosafat Tukiyo (23 th) dan Maria Magdalena
Pariyem (20 th). Padahal arah rumah Anastasia berlawanan dengan kedua rekannya
ini.. …. “ kisah selanjutnya menceritakan tentang Anastasia. Sementara itu,
editor majalah bulanan memandangnya dari sisi lain. Ia tertarik pada petir yang
menyambar pada saat jam-jam sibuk. Pada saat itu, jalanan macet karena banyak
orang pulang kantor pada waktu yang bersamaan. Untuk itu, ia menugaskan anak
buahnya untuk mewawancarai pakar Cuaca dan mencari informasi seputar perilaku
petir. Nah, begitulah. Untuk peristiwa yang sama, kita bisa menuliskan dalam
dua atau lebih berita yang berbeda. Inilah yang disebut pemilihan sudut berita
atau news angle.
Pemilihan news angle sebuah media
ini biasanya dipengaruhi oleh kebijaksanaan redaksional dan karakteristik
pembacanya. Masih ingat kecelakaan tragis Lady Di? Untuk peristiwa yang sama,
sebuah tabloid gosip mengangkat sisi perselingkuhan, majalah bulanan mengupas
ulah para Paparazi, sedangkan majalah berita berusaha menelusuri penyebab
kecelakaan.
Berbeda-beda ‘kan? Ketika sebuah
media sudah mendapat point of interest dari sebuah kisah, mereka akan
memusatkan perhatian pada satu hal itu saja. Mereka mengumpulkan dan menggali
fakta di balik berita lempang untuk disusun menjadi sebuah berita kisah atau
news feature. Karena relatif tidak terikat oleh waktu, penulis berita kisah
punya kesempatan untuk menyusun kalimat yang menghidupkan imajinasi pembaca.
Tulisan ini menarik perhatian pembaca hingg masuk ke dalam cerita itu dengan membantu
mengidentifikasi diri dalam tokoh utama. Feature dapat menyentuh emosi pembaca
sehingga mereka penasaran, skpetis, kagum, heran, tertawa, menangis, dongkol,
senang dsb. Menurut Wiliamson, “Feature adalah tulisan kreatif yang terutama
dirancang untuk memberi informasi sambil menghibur tentang suatu kejadian
situasi atau aspek kehidupan seseorang”. Masih kata Wiliamson, feature
menekankan unsur kreativitas (dalam penciptaan), informatif (isinya) dan
menghibur (gaya penulisannya) dan boleh subyektif (penuturannya). Ketiga syarat
utama ini mutlak ada dalam feature, sedangkan unsur subyektifitas tidak mutlak.
Kalau ada juga boleh, terutama untuk feature sisi manuniawi (human interest).
B, Tips Menulis Berita Berikut ini
adalah tips dalam menulis berita:
1. Tulislah berita yang menarik
dengan menerapkan gaya bahasa percakapan sederhana . Tulislah berita dengan
lead yang bicara. Untuk menguji lead anda “berbicara” atau “bisu” cobalah
dengan membaca tulisan yang dihasilkan. Jika anda kehabisan nafas dan tersengal-sengal
ketika membaca maka led anda terlalu panjang.
2. Gunakan kata/Kalimat Sederhana.
Kalimat sederhana terdiri dari satu pokok dan satu sebutan. Hindari menulis
dengan kata keterangan dan anak kalimat. Ganti kata-kata yang sulit atau asing
dengan kata-kata yang mudah. Bila perlu ubah susunan kalimat atau alinea agar
didapat tulisan yang “mengalir”. Ingat KISS (Keep It Simple and Short).
3. Hindari kata-kata berkabut.
Kata-kata berkabut adalah tulisan yang berbunga-bunga, menggunakan istilah teknis,
ungkapan asing yang tidak perlu dan ungkapan umum yang kabur. Yang diperlukan
BI ragam jurnalistik adalah kejernihan tulisan (clarity).
4. Libatkan pembaca. Melibatkan
pembaca berarti menulis berita yang sesuai dengan kepentingan, rasa ingin tahu,
kesulitan, cita-cita, mimpi dan angan-angan. Tapi ingat: jangan sampai terjebak
menulis dengan gaya menggurui atau menganggap enteng pembaca. Melibatkan
pembaca berarti mengubah soal-soal yang sulit menjadi tulisan yang mudah
dimengerti pembaca. Melibatkan pembaca juga didapat dengan menulis sesuai rasa
keadilan yang hidup di masyarakat.
5. Gantilah kata sifat dengan kata
kerja. Baca kalimat ini: “Seorang perempuan tua yang kelelahan bekerja di
sawahnya!” Bandingkan dengan: “Seorang perempuan tua membajak, kepalanya
merunduk, nafas-Nya tersengal-sengal!”.
6. Gunakan kosakata yang tidak
memihak Baca kalimat ini: Seorang ayah memperkosa anak gadisnya sendiri yang
masih Berusia 12 tahun Bandingkan dengan: Perkosaan menimpa anak gadis yang
berusia 12 tahun.
7. Hindari pemakaian eufemisme
bahasa. Baca kalimat: Selama musim kemarau terjadi rawan pangan di Gunung Kidul
Bandingkan dengan: Selama musim kemarau terjadi kelaparan di Gunung Kidul Untuk
membuat posting-an berita/artikel diharapkan kita sebagai warga masyarakat yang
bermoral baik dan bertanggung jawab, mampu memberikan informasi yang akurat dan
dapat dipercaya. Untuk berita/artikel yang diambil dari sumber lain, mohon
disertakan sumber berita/artikel tersebut. Jangan lupa untuk memberikan
informasi sedetil mungkin agar informasi anda bermanfaat bagi kita semua.
Beberapa tips untuk membuat berita:
1. Apa yang terjadi?
2. Kapan terjadinya?
3. Siapa saja yang terlibat?
4. Sebab musabab terjadinya?
5. Bagaimana kisah terjadinya?
Jenis-jenis Lead Hubungan antara
lead dan sudut berita begitu memaksa reporter untuk memikirkan lead sejak masih
di lapangan. Bahkan, penentuan lead di lapangan sangat membantu mengarahkan
pengumpulan bahan. Di bagian ini akan kita coba uraikan 16 buah lead disertai
contoh yang membantu:
1. Lead PASAK (Peg) Apakah yang
menjadi gara-gara atau pelatuk peristiwanya? Misalnya, ada berita seorang Ibu
yang putus asa karena ditinggal suami kawin lagi. Nah, pelaku peristiwa inilah
yang akan menjadi lead. Putus asa karena ditinggal suami yang kawin lagi,
seorang Ibu tega menggantung tiga anaknya kemarin siang di Cipanas. Ketiga
korban berumur 4, 6, dan 8 tahun itu masih berpakaian seragam sekolah lengkap.
2. Lead KONTRAS Ada berita
terpilihnya TD Pardede sebagai Ketua Asosiasi Pengusaha Tekstil Indonesia di
sebuah hotel mewah di Jakarta. Padahal, TD Pardede sedang berada di Medan.
Selama ini TD Pardede dikenal orang sederhana, tidak kaya, namun ia terpilih
sebagai ketua lembaga yang prestise. Di Medan, di kantor yang modern ber-AC, di
balik meja tua yang sudutnya bekas terbakar, TD Pardede menerima pemilihannya
sebagai Ketua Asosiasi Pengusaha Tekstil Indonesia. Berita itu disampaikan
dengan telepon tadi malam dari Jakarta, tempat pemilihan itu berlangsung.
3. Lead PERTANYAAN Ada berita
tentang pemberantasan minuman keras di beberapa kota. Berapa ratus Baileys-kah
untuk memulihkan sebuah kebahagiaan? Bismoko (45) bukan nama sebenarnya, salah
seorang peminum berat yang kepergok kemarin di salah satu bar Jakarta, menjawab
dua botol sekali minum, dua kali sehari, 25 hari sebulan. Ia seorang pengusaha
(rekanan pemerintah) yang sukses, tetapi seorang suami yang malang, menurut
pengakuannya.
4. Lead DESKRIPTIF Ada berita
tentang gempa bumi yang terjadi di Jakarta. Peristiwa itu terjadi akibat adanya
pergeseran lapis bumi di Pantai Pelabuhan Ratu. Gedung […] masih mencakar
langit sampai jam 14.35 kemarin, ketika tiba-tiba puncaknya gemetar, hanya satu
menit, lalu retak kecil membelah dari atas sampai ke bawah. Tidak seorang pun
penghuninya sempat berteriak, tahu-tahu gedung itu sudah berubah jadi puing
berlepotan darah, korban gempa berkekuatan gempa pada skala Richter
5. Lead STAKATO Ada berita tentang
perebutan Piala Tommy dalam lomba balap mobil. Ada lima finalis yang dijagokan
dalam ajang bergengsi itu. Wus, wus, wus! Lima mobil balap serentak meraung.
Kuning-merah-hijau-putih-hitam. Hayo, hayo, hayo! Penonton serentak berteriak
dan berjingkrak. Laki-perempuan-tua-muda. Urutan warna tidak berubah. Finish!
Mobil kuning sudah pasti menang setelah tikungan maut itu, kemarin sore di
sirkuit Sentul.
6. Lead LEDAKAN Seorang lelaki
keriput bagai buah markisa tua tertatih-tatih di tengah peserta seminar
parapsikologi kemarin di Jakarta. Tiba-tiba sidang gempar. Lelaki itu
menghamburkan serbuk merica ke seluruh ruangan, menyebabkan orang ramai bersin.
Dengan itulah seminar resmi dibuka.
7. Lead FIGURATIF Bagai siang
memeluk malam, begitulah perkawinan Firman (27) dan Fiona (54) kemarin sore di
Cibubur. Beda usia yang besar tampak tidak mampu membedakan, malah menyamakan
keduanya.
8. Lead EPIGRAM (Ungkapan khas)
Sudah diberi hati minta jantung pula. Seorang suami diancam cerai oleh istrinya
di PN Jakarta Pusat kemarin pagi. Suami itu dituduh memperkosa anak tirinya,
anak si istri dari perkawinan terdahulu, sementara istri membanting tulang
dengan berjualan di pasar. Si suami menolak tuduhan. Katanya malah dirinya yang
dipaksa oleh anak tirinya.
9. Lead LITERER Kisah Si Kabayan
terulang di Ciputat kemarin sore. Seorang lelaki muda dituduh oleh penduduk
mencuri sapi. Lelaki itu membantah. Alasannya, dia hanya memungut tali jerami
yang melintang di jalan. Bukan salahnya, kata lelaki itu, jika di ujung tali
tersebut terikat seekor sapi.
10. Lead PARODI Gara-gara terlalu
bersemangat mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatan olahraga, rumah pun
disatroni maling. Itulah yang menimpa keluarga X ketika seisi rumahnya,
termasuk pembantu, meninggalkan rumah untuk lari di Monas Minggu pagi.
11. Lead KUTIPAN “Akan saya gebuk,”
kata Presiden Soeharto kemarin di Boyolali, mereka yang mencoba mengganti
presiden dengan cara-cara yang tidak konstitusional.
12. Lead DIALOG/PERCAKAPAN “Betulkah
Saudara mencuri sapi?” “Tidak Pak Hakim. Saya hanya menarik tali. Eh, tahu-tahu
ada anak sapi di ujungnya.” Begitulah dialog hakim dan tersangka kemarin siang
di PN Jakarta Selatan.
13. Lead KUMULATIF Lead kumulatif
menyajikan peristiwa secara berurut, membawa pembaca sampai pada antiklimaks
peristiwa. Polisi menerima laporan seorang gadis di Menteng, Jakarta Pusat
kemarin sore. Konon di rumahnya ada cairan nitrogliserin, bahan pokok pembuat
bom. Sepasukan polisi segera datang menggeledah kulkas, tempat cairan itu. Si
gadis mengatakan, ia panik saat menerima botol itu dari temannya dan disuruh
untuk melemparkannya pada siapa pun yang berani mengganggu. Ketika polisi
menemukan dan memeriksanya, benda itu ternyata cuma lem.
14. Lead SUSPENSI (sama persis
dengan lead no 13)
15. Lead URUTAN (idem ditto).
16. Lead SAPAAN Anakku, bagaimana
kabarmu di sekolah? Apakah kamu senang belajar bersama teman-temanmu? Ah, tentu
kamu senang belajar membaca, menulis, bermain di taman, dan sebagainya. Kisah
berikut ini ternyata cuma mimpi bagi Syafitri Mutia, putri kedua Menteri
Komunikasi dan Informasi Dr Sofyan A Djalil.
c. Langkah-langkah Menulis Berita
Setelah menentukan LEAD.
kita perlu menginterventarisasi
jenis-jenis keterangan yang telah dikumpulkan di lapangan, yaitu JALAN CERITA
dari PERISTIWA yang hendak Anda laporkan. Hasil investarisasi inilah yang perlu
dibongkar pasang sampai terasa pas dengan JALAN CERITA yang ditemukan. Itulah
pula yang jadi sub judul dari berita.
Setelah merumuskan LEAD, mulailah
kita menata BADAN BERITA. Satu hal yang perlu diingat ialah tempatkanlah hasil
inventarisasi yang kurang penting di bagian belakang berita. Semakin kurang
penting unsur inventarisasi, semakin ke belakang tempatnya dalam berita. Inilah
yang disebut dikenal dengan cara PIRAMIDA TERBALIK. Singkatnya, ada resep yang
bisa Anda tuliskan sebagai berikut:
Tulislah lead yang “bicara”, yang
“bercakap”. Tulislah berita seperti layaknya Anda mengisahkannya secara lisan,
* Tulislah lead pendek, paling banter 30 kata, atau tiga baris ketikan, * Bila
pikiran mulai agak kacau ketika menulis, pilah-pilah lead Anda yang rumit itu
dalam dua/tiga kalimat, * Sebisa mungkin gunakanlah kalimat pernyataan yang
sederhana. Usahakan tak lebih dari 20 kata. * Gunakan kata-kata sederhana,
bukan yang berkabut. * Hindarkan kata-kata teknis, atau istilah asing yang
kurang perlu, * Usahakan kata-kata konkret, “Jangan katakan, tapi tunjukkan”, *
Sebanyak mungkin pakai kata kerja yang aktif, yang menggembarkan tindakan,
gerak. Sebisa mungkin hindari kata-kata sifat. * Berkisahlah untuk pembaca, dan
* Berkisahlah seperti melukis. Feature Feature adalah artikel yang kreatif,
kadang kadang subyektif, yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang dan
memberi in-formasi kepada pembaca tentang suatu kejadian, keadaan atau aspek
kehidupan.
Feature memungkinkan reporter
‘’menciptakan’’ sebuah cerita. Meskipun masih diikat etika bahwa tulisan harus
akurat karangan fiktif dan khayalan tidak boleh, reporter bisa mencari feature
dalam pikirannya, setelah mengadakan penelitian terhadap gagasannya itu, ia
menulis. Secara kasar karya jurnalistik bisa dibagi menjadi tiga, pertama
stright/spot News berisi materi penting yang harus segera dilaporkan kepada
publik (sering pula disebut breaking news) Kedua, news feature, memanfaatkan
materi penting pada spot news, umumnya dengan memberikan unsur human/manusiawi
di balik peristiwa yang hangat terjadi atau dengan memberikan latar belakang
(konteks dan perspektif) melalui interpretasi.Dan ketiga, feature bertu-juan
untuk menghibur melalui penggunaan materi yang menarik tapi tidak selalu
penting.
Dalam persaingan media yang kian
ketat tak hanya antar media cetak tapi juga antara media cetak dengan televisi,
straight/spot news seringkali tak terlalu me-mu-askan. Spot news cenderung
hanya berumur sehari untuk kemudian dibuang, atau bahkan beberapa jam di
te-levisi. Spot news juga cenderung menekankan seka-dar unsur elementer dalam
berita, namun melupakan back-ground. Kita memerlukan news feature, perkawinan
an-tara spot news dan feature. Karena tradisi ini relatif baru, kita perlu
terlebih dulu memahami apa unsur-unsur dan aspek mendasar dari feature.
1. a. Subyektifitas Beberapa feature
ditulis dalam bentuk ‘’aku’’, sehingga memungkinkan reporter memasukkan emosi
dan piki-rannya sendiri. Meskipun banyak reporter, yang dididik dalam reporting
obyektif, hanya memakai teknik ini bila tidak ada pilihan lain, hasilnya enak
dibaca. Tapi, reporter-reporter muda harus awas terhadap cara seperti itu.
Kesalahan umum pada reporter baru adalah kecenderungan untuk menonjolkan diri
sendiri lewat pe-nulisan dengan gaya ‘’aku’’. Kebanyakan wartawan ka-wakan
memakai pedoman ini: ‘’Kalau Anda bukan tokoh utama, jangan sebut-sebut Anda
dalam tulisan Anda.’’
1. b. Informatif Feature, yang
kurang nilai beritanya, bisa memberikan informasi kepada masyarakat mengenai
situasi atau aspek kehidupan yang mungkin diabaikan dalam penu-lisan berita
biasa di koran. Misalnya tentang sebuah Mu-seum atau Kebun Binatang yang
terancam tutup. Aspek informatif mengenai penulisan feature bisa juga dalam
bentuk-bentuk lain. Ada banyak feature yang enteng-enteng saja, tapi bila
berada di tangan penulis yang baik, feature bisa menjadi alat yang ampuh.
Feature bisa menggelitik hati sanubari manusia untuk menciptakan perubahan
konstruktif.
1. c. Menghibur Dalam 20 tahun
terakhir ini, feature menjadi alat penting bagi surat-kabar untuk bersaing
dengan media elektronika. Reporter suratkabar mengakui bahwa me-reka tidak akan
bias ‘’mengalahkan’’ wartawan radio dan televisi untuk lebih dulu sampai ke
masyarakat. War-tawan radio dan TV bias mengudarakan cerita besar hanya dalam
beberapa menit setelah mereka tahu. Se-mentara itu wartawan koran sadar, bahwa
baru beberapa jam setelah kejadian, pembacanya baru bisa tahu sesuatu kejadian
setelah koran diantar. Wartawan harian, apalagi majalah, bisa mengalahkan radio
dan TV, dengan cerita eksklusif. Tapi ia juga bisa membuat versi yang lebih
mendalam (in depth) menge-nai cerita yang didengar pembacanya dari radio.
Dengan patokan seperti ini dalam benaknya, reporter selalu mencari feature,
terhadap berita-berita yang paling hangat. Cerita feature biasanya eksklusif,
sehingga tidak ada kemungkinan dikalahkan oleh radio dan TV atau koran lain.
Feature memberikan variasi terhadap berita-berita ru-tin seperti pembunuhan,
skandal, bencana dan perten-tangan yang selalu menghiasi kolom-kolom berita,
feature bias membuat pembaca tertawa tertahan. Seorang reporter bisa menulis
‘’cerita berwarna-warni’’ untuk menangkap perasaan dan suasana dari sebuah
peristiwa. Dalam setiap kasus, sasaran utama adalah bagaimana menghibur pembaca
dan memberikan kepadanya hal-hal yang baru dan segar.
1. d. Awet Menurut seorang wartawan
kawakan, koran kemarin hanya baik untuk bungkus kacang. Unsur berita yang
se-muanya penting luluh dalam waktu 24 jam. Berita mudah sekali ‘’punah’’, tapi
feature bisa disimpan berhari, ber-minggu, atau berulan bulan. Koran-koran
kecil sering membuat simpanan ‘’naskah berlebih’’ kebanyakan feature. Feature
ini diset dan disimpan di ruang tata mu-ka, karena editor tahu bahwa nilai
cerita itu tidak akan musnah dimakan waktu.
Dalam kacamata reporter, feature seperti itu mempunyai
keuntungan lain. Tekanan deadline jarang, sehingga ia bisa punya waktu cukup
untuk mengadakan riset secara cermat dan menulisnya kembali sampai mem-punyai
mutu yang tertinggi. Sebuah feature yang mendalam memerlukan waktu cu-kup.
Profil seorang kepala polisi mungkin baru bisa dipe-roleh setelah wawancara
dengan kawan-kawan seker-janya, keluarga, musuh-musuhnya dan kepala polisi itu
sendiri.
Diperlukan waktu juga untuk mengamati tabiat, reaksi
terhadap keadaan tertentu perwira itu. Singkat kata, berbeda dengan berita,
tulisan feature memberikan penekanan yang lebih besar pada fakta-fakta yang
penting, fakta-fakta yang mungkin merang-sang emosi (menghibur, memunculkan
empati, disampil tetap tidak meninggalkan unsure informatifnya). Karena
penakanan itu, tulisan feature sering disebut kisah hu-man interest atau kisah
yang berwarna (colourful).
Teknik penulisan feature Jika dalam penulisan berita
yang diutamakan ialah pengaturan fakta-fakta, maka dalam penulisan feature kita
dapat memakai teknik ‘’mengisahkan sebuah cerita’’. Memang itulah kunci
perbedaan antara berita ‘’keras’’ (spot news) dan feature.
Penulis feature pada hakikatnya adalah seorang yang
berkisah. Penulis melukis gambar dengan kata-kata: ia meng-hidupkan imajinasi
pembaca; ia menarik pembaca agar masuk ke dalam cerita itu dengan membantunya
mengidentifikasikan diri dengan tokoh utama. Penulis feature untuk sebagian
besar tetap menggunakan penulisan jurnalistik dasar, karena ia tahu bahwa
teknik-teknik itu sangat efektif untuk berkomunikasi. Tapi bila ada aturan yang
mengurangi kelinca-hannya untuk mengisahkan suatu cerita, ia segera menerobos
aturan itu. ‘’Piramida terbalik’’ (susunan tulisan yang meletakkan informasi-informasi
pokok di bagian atas, dan informasi yang tidak begitu penting di bagian bawah –
hingga mu-dah untuk dibuang bila tulisan itu perlu diperpendek) se-ring
ditinggalkan. Jenis-jenis Feature Feature kepribadian Profil mengungkap manusia
yang menarik. Misalnya, tentang seseorang yang secara dra-matik, melalui
ber-bagai liku-liku, kemudian mencapai ka-rir yang istimewa dan sukses atau
menjadi terkenal ka-rena kepribadian mereka yang penuh warna. Agar efektif,
profil seperti ini harus lebih dari sekadar daftar pen-capaian dan tanggal
tanggal penting dari kehidupan si individu. Profil harus bisa mengung-kap
karakter manusia itu. Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan, penulis
feature tentang pribadi seperti ini seringkali harus meng-amati subyek mereka
ketika bekerja; mengunjungi ru-mah mereka dan mewawancara teman-teman, kerabat
dan kawan bisnis mereka.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar